Monday, February 9, 2015

Apa gambut harus dibakar dulu…?

“Wah…nanti gambutnya harus dibakar dulu lah ya ?” begitu kata ibu mertua ku

“gak usah” jawabku singkat

Begitulah kata ibu mertua ku ketika melihat rumah yang kutinggali, kebetulan aku tinggal  di daerah yang mempunyai gambut yang cukup tebal. Seringkali aku mendapati perkataan orang-orang yang melihat rumah dan halaman ku pasti mengatakan nanti kalu bakar gambut hati-hati menjalar apinya dan tutup semua jendela dan pintu agar asap gak banyak masuk.

Aku memang pernah merasakan bagaimana bila gambut terbakar, asapnya itu loh banyak sekali sedangkan apinya yang terlihat sangat kecil bahkan sepertinya tidak terbakar. Asapnya menggangu saluran pernapasan, perih dimata dan apinya akan menjalar lewat bawah gambut sehingga saat api menjalar jarang diketahui kearah mana menjalarnya api tersebut tahu-tahu tanaman atau pohon atau pun sesuatu yang mudah terbakar ikut terbakar yang terkadang api membesarnya di tempat yang bukan dibakar.

Halaman samping yang masih banyak gambutnya

Memang pada gambut tanaman sangat sulit sekali hidup, paling-palimg hanya beberapa jenis tanaman saja, hal ini disebabkan oleh keasaman tanahnya yang tinggi dan minimnya unsur hara yang terkandung pada gambut.

Pada kebanyakan kejadian gambut akan dibakar untuk membuka lahan karena inilah yang paling mudah untuk menghancurkan sisa-sisa kayu dan tanaman liar yang tumbuh serta menurunkan derajat keasaman yang ada.

Padahal gambut berfungsi juga sebagai salah satu pengikat karbon di alam maka jika gambut habis terbakar berarti karbon akan lepas di udara bebas yang seharusnya udara yang kita hisap ini penuh dengan oksigen bukan karbon. Gambut juga sebagai tembat penyimpanan air alami yang menurut saya paling baik karena ia bisa menyimpan air 2-3 kali beratnya (kalau gak salah, lebih tepatnya cari sendiri hehehe…) 

Pada gambar diatas itu sisa halaman saya yang berada di samping rumah, begitu tak terurusnya kan, rumput-rumputnya sudah pada tinggi padahal tiap minggu saya tebas. Isteri pun selalu bilang “ Ayah nih malasnya gak mau bersihkan halaman rumput pada tinggi-tinggi”.

banyak rumput liat/ilalang tumbuhAku hanya diam dan tersenyum gak tahu harus jawab apa karena sebenarnya malas juga nebas rumput dan tanaman liar karena cepatnya pertumbuhan mereka berdua, karena tiap minggu rumput dan tanaman liar tumbuh dengan cepat menutup kembali tanah bahkan sampai tanaman di pot pun ikut tertutupi.

Pada gambar di samping bisa dilihat pot sudah mulai tertutupi tanaman liar dan rumput sehingga pot yang diisi benih cabai tomat dn sayuran malah penuh oleh rumput dan tanaman liar

Kuputuskan untuk mencangkul gambutnya dan disimpan dalam karung...wowwww yang terbiasa atau jarang mencangkul gambut pastinya kepikiran berhenti mencangkul, baru sekali cangkul air langsung keluar dari dalam dan beratnya minta ampun deh kalau gambut agak basah apalagi basah tapi kalau tidak basah mudah sekali dicangkul namun rentan terbakar jadi harus hati-hati.

Gambut yang ada dekat tembok lah yang jadi tempat pencangkulan luasnya sekitar panjang 1 meter lebar 50 cm dengan kedalaman 20 cm, kebetulan juga aku punya rencana untuk mencor bagian dalam tembok keliling dengan lebar 50 cm. Awalnya memang gambut kusimpan dalam karung namun dipikir lagi setelah disimpan diapakan nantinya sempat lama juga memikirkannya, dalam keadaan berpikir kuambil kapur dolomit yang kubeli di toko pertanian yang berfungsi untuk menurunkan derajat keasaman gambut lalu kutabur pada gambut di dalam karung sekalian aja di gambut halaman samping rumah.

galian pengambilan gambut

Lalu setelah lama berpikir aku berinisiatif untuk mengggunakan gambut dalam karung itu sebagai media tanam pada pot saja lagian pastinya keasamanannya sudah turun karena telah diberi kapur dolomit, daripada membeli tanah merah atau tanah jadi untuk tanaman. Awalnya tanaman sangat sulit tumbuh bahkan kelamaan mati makin bingung akunya, terlintas di benak mungkin karena aku tidak memberinya pupuk.

Jadi aku pun menambahkan pupuk biarkan gampang dan cepat aku menggunakan pupuk kimia cair tapi aku mengurangi 1/2 dari dosis yang dianjurkan karena aku memang ingin mengurangi pemakaian bahan kimia. Serta tidak lupa aku menambah arang dan pasir serta kerikil atau batu sebagai penahan batang tanaman, jadi media tanam yang kugunakan campuran 60% gambut yang sudah dicampur dolomit, 25% pasir 10% arang 5% kerikil/batu.

tanaman kelengkeng dengan media gambutmenggunakan media gambut jugasemua menggunakan campuran media gambutpot ini juga campuran media gambut

Tanaman yang ada di dalam pot pun tumbuh dengan baik dan subur jadinya aku tidak perlu membersihkan gambut yang kurang subur tersebur dengan cara membakarnya cukup mencampur gambut dengan kapur dolomit, arang, pasir dan kerikil/batu saja.